“Hufft, kenapa mimpi itu terus datang ya? Kenapa harus dia yang datang dimimpiku? Kalau seperti ini terus aku bisa jadi tambah ill feel sama dia”, tanyaku pada diriku sendiri.
“Laii...”, tiba-tiba Ista masuk ke kamarku.
“Aku kok kepingin ya punya cowok ganteng, cakep, keren, dan baik!! Hehe”, sautku begitu saja ke Ista.
“Haduh Laii, aneh-aneh saja kamu ini. Kita itu lagi UTS, jangan mikirin cowok dulu dong?”
“Ista, Ista... Hidupku tuh hampa tanpa cowok, seakan-akan kesulitan menghirup oksigen, hahay”, candaku ke Ista sambil tertawa.
“Wah, sudah-sudah Laii. Lebay kamu ini!! Ehh tapi Laii,denger-denger Zuhdan lagi cari cewek tuh, mau nggak aku kenalin sama dia?”, cetus Ista.
“What? Zuhdan kamu bilang? Ista, aku benci banget sama Zuhdan. Aku sendiri bingung kenapa aku bisa benci banget sama dia. Sudah deh Ist jangan dibahas lagi”, jawabku kesal.
“Iya-iya Laii”
Malam semakin larut, Istapun kembali ke kamarnya. Menjelang pagi aku bangun dengan perasaan tak karuan, “OMG... mimpi apa aku semalam? Kenapa harus dia sih yang selalu ada dimimpiku”, tanyaku gelisah dalam hati. Beberapa hari ini aku selalu mimpi sesuatu yang tak pernah terlintas dalam anganku. “ZUHDAN”, bayang-bayang cowok itu yang hadir dimimpiku akhir-akhir ini.
“Sialan!”, pikirku begitu. Semenjak kejadian itu, hatiku tak karuan saat melihat sosok Zuhdan di depanku. Entah perasaan apa yang ada dihatiku saat itu, senang atau resahkah? Aku sendiri juga bingung dengan perasaanku dikala itu.
“Teett, teett...”, bel berbunyi. Ulangan pada jam pertamapun berakhir. Lalu aku dan Bee duduk-duduk di depan kelas.
“Bee, kamu tau nggak? Aku lagi ngefans sama cowok ni?”, ucapku girang.
“Hayo, sama siapa itu Laii?”, jawab Bee sambil membuka buku.
“ Hahay... Tau ah Bee, aku malu sama kamu. Aku harus bisa nglupain dia, bisa gila aku kalau mikirin dia terus”
“ Siapa sih Laii? Gitu ya kamu sama aku sekarang?”
“Bukannnya gitu Bee. Aku akan cerita ke kamu tapi setelah aku bisa nglupain dia, oke?”
“Ya udah terserah kamu, nggak maksa aku Laii!”, jawab Bee kesal.
Tak lama kemudian bel masuk berbunyi, aku dan Bee bergegas masuk ke kelas. 1 jam kemudian bel pulang menunggu. Aku menghampiri Indi dan berniat mengantarnya pulang.
“Ind, aku ngefans sama teman kamu, aku tersiksa ngefans sama dia. Tolong bantu aku nglupain dia ya? Pliiss... Aku mohon sama kamu Ind!!”, ucapku gelisah ke Indi.
“Siapa Laii? Lha kenapa kamu pingin nglupain dia?”, jawab Indi penasaran.
“Ada deh! Ya pokoknya aku nggak mau terobsesi sama cowok kayak dulu lagi, kamu mau kan bantu aku?”, pintaku ke Indi.
“Bentar Laii, kamu ini lagi ngefans sama siapa tow Laii? Gimana caranya aku mau bantu kamu coba kalau kamunya nggak mau ngasih tau ke aku siapa cowok yang lagi kamu fans”
“Tuh orangnya”, jawabku sambil melirik ke arah Zuhdan dan teman-temannya.
“Afin ya Laii?”
“Aduhh Indi... Emang aku udah nggak punya selera lagi ta bisa ngefans sama Afin? Sok tau kamu ini! Nyebelin deh”, jawabku kesal.
“ Haha, bercanda Laii? Terus sama siapa dong?Zuhdan kah?”
“Uhmmbb,, ya itulah pokoknya. Kamu harus bantu aku nglupain dia ya Ind?”
“Haduh Laii, iya deh iya”, Indi kaget tak menyangka.
Kita berdua segera pulang. Disepanjang jalan kita ngobrol tanpa henti, dan tiba-tiba kita punya rencana mau nonton bioskop 2 hari lagi. Uhh, tapi aku sebel banget sama Indi. Dia itu selalu bikin aku cemburu, dia cerita ke aku kalau dia pernah mesra-mesraan sama Zuhdan, padahal kan Indi sudah punya cowok, rasa penasaranku ke Zuhdan semakin menjadi-jadi. Indi tak mengijinkan aku mengambil nomer HP Zuhdan diHPnya, (Tuhan aku harus gimana?). Indi tega banget sama sahabat sendiri, dia bukan bikin aku lupa sama Zuhdan tapi dia malah bikin aku jadi tambah sakit hati saja, dia selalu buat aku cemburu. Entahlah, Indi kan sahabatku jadi nggak mungkin aku berpikir negatif ke dia.
Hari jumatpun datang, pulang sekolah yang aku tunggu-tunggu telah tiba (yeahh!! Akhirnya nonton juga). Kemudian aku dan Indi segera berangkat ke Kediri.Di tengah jalan saat Indi yang nyetir motornya, dengan sengaja aku ngambil nomer Zuhdan diHP Indi. Dia marah-marah sama aku, tapi aku cuek aja. Salah dia sendiri udah bikin aku penasaran nggak karu-karuan dengan sosok cowok yang namanya Zuhdan. Sesampai di Golden kita kaget melihat jadwal film yang diputar ternyata jam 5 sore, padahal kita berpikir kalau filmnya diputar jam 1 siang. Aku dan Indi kesal, tapi rencana kami selanjutnya tak kalah menarik dengan rencana sebelumnya, kami berdua jalan-jalan ke Kediri mall lalu pergi ke Simpang Lima Gumul.
Sesampai di Gumul aku tak bisa menahan diriku untuk sms Zuhdan, “sms nggak ya?”, tanyaku dalam hati. Akhirnya aku siap mental untuk mencoba sms Zuhdan. Aku khawatir+malu kalau smsku tidak dibalas sama dia. Tiba-tiba penyakit narsisku dan Indi didepan kamera kambuh, kami bercanda tawa disana, dan pada saat itu juga tanganku menjamah HPku lalu aku segera sms Zuhdan.
“Zuhdan?”, sms pertamaku ke dia. Namun dalam waktu 1 jam smsku tidak dibalas olehnya, akupun mencoba sms dia lagi. “Hmmb...hmmb...” , tak lama kemudian dia membalas smsku, hal yang tak aku sangka-sangka. Oh Tuhan girangnya hatiku saat itu.
“Siapa ya?”, balasan sms dari dia.
“Ini Laii, kenal nggak?”, balasku lagi.
“Laii siapa ya? Nama Laii itu banyak”
“Kamu nggak kenal beneran sama aku? Ya udah kalau gitu, maaf ganggu waktu kamu”, jawabku kesal.
“Ehh tunggu sebentar, kamu Laii anak kelas sebelah ya?”, balas Zuhdan.
“Iya, katanya tadi nggak kenal?”, ku kirim sms itu dengan hati berbunga-bunga.
“Ealah, kamu ternyata. Iya aku kenal kok”, balasnya lagi.
Aku dan Zuhdan meneruskan perkenalan disms tanpa sepengetahuan Indi. Aku dan Zuhdan juga sudah sepakat bahwa kita tidak akan cerita ke Indi soal kedekatanku dan dia. Diriku semakin tak bisa menahan rasa sukaku ke Zuhdan, aku selalu tersenyum sendiri jika membaca sms darinya, “ya Tuhan apa ini cuma mimpi?”, batinku. Namun, keesokan harinya kesepakatan itu aku ingkari, aku melakukan itu karena semakin hari Indi semakin membuatku cemburu tak tertahan. Aku ngaku ke Indi kalau aku smsan dan akrab sama Zuhdan. Indipun marah kepadaku dan Zuhdan. Tanpa disengaja Indi mengatakan diriku “GANJEN” didepan Zuhdan, aku hanya bisa menahan amarahku ke dia karena dipikiranku selalu ingat kalau dia adalah sahabatku. Emosi Zuhdan tak tertahan, aku juga ikut kena batunya. Rasa takutku tak bisa dekat dengan Zuhdan seperti kemarin selalu terlintas dalam anganku, tapi yang bikin aku gembira Zuhdan masih mau memaafkan aku dan tetap dekat sama aku. “Alhamdulillah, makasih Tuhan?”, hatiku riang kembali. Persahabatanku dan Indi semakin tak karu-karuan, sudah berulang kali kami salah paham tanpa ada alasan yang jelas.
Hari Minggu tiba, tak aku sangka dengan perasaan senang dan wajah sumringah aku membaca sms dari Zuhdan yang mengatakan bahwa Zuhdan mengajakku jalan. Aku tidak menolak kesempatan itu, karena itu adalah kesempatan emas buatku agar aku bisa semakin dekat dengan dia. Tak terkira hampir 5 jam aku keluar dengan dia, senangnya hatiku bisa bercanda ria dengan sesosok cowok yang selama ini aku idam-idamkan. Semakin hari perasaanku semakin menjadi-jadi, aku bertanya pada diriku sendiri, “apa ini yang namanya cinta?”. Dan saat itu juga aku tambah dekat dengan Zuhdan. Hari berganti hari namun Indi tidak pernah mau aku ajak damai dan mungkin perasaan takut yang dia rasakan saat berhadapan dengan aku. Aku sadar kalau aku ini memang galak, hehe. Hari Rabu datang lagi, tepatnya tanggal 9 Maret 2011, sepulang sekolah saat UTS berakhir pada hari itu juga, aku dan Zuhdan berencana pergi ngenet bersama. Banyak teman kami yang melihat kami boncengan, resiko yang kami dapat adalah gosip yang tidak-tidak. Aku dan Zuhdan tidak menghiraukan itu, kami tetap dekat. Pada hari Rabu itu juga sepulang dari warnet kita smsan seperti biasa, dan tiba-tiba Zuhdan memintaku jadi ceweknya. Aku belum bisa percaya karena dia mengatakan seperti itu sambil bercanda.
“Emang kamu mau ta jadi cewekku? Hehe”, pintanya kepadaku.
Apakah itu nyata atau hanya mimpi semata?, tak ku kira akhirnya kata-kata yang ku nanti terucap juga darinya. Jariku mengetik secara otomatis dan aku berkata “iya”, aku mau menjadi ceweknya. Sms itu yang aku kirimkan ke dia.
“yes..yess... Akhirnya”, ucapku saat itu. Wajahku yang lagi berbunga-bunga nampak sekali, aku selalu tersenyum jika teringat sms itu. Aku tak percaya bahwa dia juga mempunyai perasaan yang sama denganku. Waktu yang aku tunggu-tunggu akhirnya datang juga. Tetapi jarak 2 hari kami jadian, dia berhasil membuatku menangis. Sebenarnya perasaanku sakit dengan kata-katanya namun aku dapat merasakan indahnya jatuh cinta seperti aku jatuh cinta pada cinta pertamaku. Zuhdanlah yang berhasil menjadi cowok kedua yang bisa merenggut hatiku. Tuhan... senangnya hatiku, setelah sekian lama aku menantikan sesosok cowok yang dapat menggantikan cinta pertamaku akhirnya cinta keduaku datang juga.
Tapi yang tak habis pikir kenapa cuma gara-gara cowok persahabatanku dengan Indi harus semrawut kayak gini, dengan berat hati aku harus menerima keadaan ini. Sudah berulang kali aku mencoba meminta penjelasan ke Indi, namun hasilnya nihil. Dia tak pernah mau bicara denganku, ya sudahlah mungkin keadaan seperti ini hanya sementara saja. Hari demi hari aku lewati, canda dan tawa aku lewati bersama Zuhdan, Bee, serta Ista. Aku sangat bersyukur pada Tuhan karena Tuhan telah mengirimkan aku sosok orang-orang yang peduli dan perhatian kepadaku. Aku akan menjaga kedekatanku dengan mereka sampai kapanpun. Tapi, Indi gimana ya? Hanya pertanyaan itu yang selalu melintas dipikiranku sampai saat ini.
2 komentar:
blognya bagus
, haha . ya jelas :D
Posting Komentar